Merubah perspektif
Seperti yang sudah saya sebutkan
sebelumnya, pikiran kita turut memengaruhi bagaimana kita menghadapi
situasi baru. Pikiran turut memengaruhi perasaan dan perilaku kita.
Ini seperti yang dijelaskan oleh Dennis Greenberger dan Christine A. Padesky dalam buku mereka yang berjudul Manajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan, dan Persaan Merusak Lainnya. Berkaitan dengan hal itu, mereka menyontohkannya dengan keadaan berikut.
Bayangkan Anda berada di dalam sebuah
pesta. Banyak orang yang tidak Anda kenal, tetapi tak sedikit pula orang
yang sudah Anda kenal, sekali pun hanya sebatas kenal.
Saat Anda melihat orang yang sudah Anda
kenal (maksudnya, sebatas kenal, bukan teman dekat), Anda pun dengan
antusias menyapanya. Tetapi, ia hanya diam, tidak merespons sapaan Anda.
Nah, reaksi Anda ketika mendapatinya tidak merespons sapaan Anda
senantiasa dipengaruhi oleh pikiran Anda.
Jika Anda berpikir bahwa orang itu
sombong, maka Anda pun akan merasa jengkel dengan perilakunya. Jika Anda
berpikir bahwa dia tidak melihat kehadiran Anda, maka Anda pun akan
segera menghampirinya, menepuk pundaknya untuk menyapanya. Dan, jika
Anda berpikir dia sedang asyik mengobrol dengan pasangannya, Anda pun
akan membiarkannya supaya tidak menganggu keduanya.
Nah, demikian juga ketika Anda memasuki
situasi yang baru. Pikiran-pikiran negatif, yang tidak mendukung bisa
memengaruhi perasaan Anda. Berada di dalam situasi baru saja sudah cukup
membuat Anda cemas, apalagi diperparah dengan pikiran-pikiran negatif
tentang situasi asing itu. Berpikir bahwa keadaan di luar sana penuh dengan bahaya yang bisa menjatuhkan diri Anda akan membuat rasa cemas dan takut Anda semakin menjadi-jadi.
Pemikian-pemikiran yang tidak mendukung
ini dapat Anda hilangkan atau minimalisir dengan cara mencari
bukti-bukti yang mendukung pemikian Anda serta bukti-bukti yang
menyangkal pemikiran itu.
Dengan mengetahui bukti-bukti yang
menyangkal pikiran Anda, kecemasan dan ketakutan Anda pun berkurang
karena Anda menyadari bahwa pikiran-pikiran itu tidak masuk akal. Anda
sadar bahwa kecemasan dan ketakutan sungguh tidak diperlukan untuk
menghadapi situasi baru itu.
Sementara itu, dengan bukti yang
mendukung pemikiran Anda, Anda dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi
kenyataan yang digambarkan oleh pemikiran itu.
Keluar dari zona nyaman bukan hanya
merupakan pilihan, melainkan keharusan. Orang yang tidak berani keluar
dari zona nyaman tidak akan bisa maju. Bahkan, bisa jadi, ia tidak dapat
bertahan hidup. Istilah populernya, ia akan mengalami seleksi alam. Hal
ini dikarenakan, dunia kita sekarang ini merupakan dunia yang penuh
ketidakpastian. Setiap langkah yang kita tempuh, setiap tempat yang kita
pijaki, senyaman apa pun ia, tetap saja mengandung ketidakpastian.
Keluar dari zona nyaman merupakan salah satu seni untuk bertahan di
dunia yang penuh dengan ketidakpastan ini.
Nah, agar respons kita terhadap situasi
baru tidak berlebihan, atau dalam kata lain, agar kita dapat mengontrol
diri kita manakala berada di dalam situasi yang baru, kita harus
mempersiapkan diri untuk mengahadapinya. Kita harus tahu cara untuk
menyesuaikan diri dengan situasi itu.
Kunci untuk menghadapi situasi baru adalah memiliki tujuan, berpikir positif, dan berani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar